Selamat Hari Anak Sedunia!

Dia Gloria
3 min readNov 20, 2022

--

Belakangan ini sedang sering sekali berpikir mengenai inner child and how to nurture (and heal) it, jadi lebih banyak berpikir dari perspektif anak. Semua yang terpikirkan tentu tidak lepas dari bingkai latar belakang diri ini yang masih harus dikenal lebih dalam (yang dikenal lebih dalam bukan cuma ayang ygy!). Hanya saja, hari ini 20/11/2022, diri ini tersentak dengan adanya Hari Anak Sedunia. Bagaimana tidak, selalu berpikir mengenai anak tetapi tidak pernah merayakan diri sebagai anak? tidak merayakan anak-anak di luar sana yang juga berjuang buat dirinya masing-masing? Merde!

Bicara tentang anak selalu menjadi kerinduan sejak memutuskan untuk menulis tentang anak dalam tesis tahun lalu. For others who don’t know, i wrote specifically about coping mechanism of children of divorce in a form of autoethnography. Melalui beberapa kisah teman-teman yang mengalami pengalaman serupa, saya banyak belajar mengenai anak, posisi anak dalam keluarga dan masyarakat, bahkan pemosisian diri yang dilakukan anak dalam latar yang berbeda. Tetapi yang terpenting dari semua pelajaran itu adalah agensi anak.

Memperhatikan, mendengarkan cerita mengenai anak-anak yang mengalami perceraian orangtua dengan model didikan otoriter atau justru ditelantarkan membuat anak tidak dapat membentuk agensinya. Anak membutuhkan orangtua ataupun orang tua untuk mencontoh dalam proses pembentukan agensinya. Bayangkan jika orangtua mendidik dengan gaya otoriter dan relasi kuasa yang kental, anak akan merasa inferior dan penuh ketakutan terhadap orangtuanya sendiri yang berujung dengan kehilangan agensinya. Agensi anak menjadi hilang karena peniadaan dari orangtua yang melihat anak lebih inferior dan tidak memiliki kesempatan untuk berbicara. Sebaliknya, jika penelantaran yang didapatkan oleh anak dari orangtua, maka anak tidak memiliki contoh untuk pembentukan agensinya; lantas bagaimana anak dapat memiliki gambaran untuk kelak bermasyarakat?

Ini hanya dua dari banyak model parenting yang saya temui dalam pola kehidupan keluarga yang bercerai. Akan tetapi, pola parenting ini dapat ditemukan dalam situasi keluarga yang juga tidak bercerai; keluarga yang retak, keluarga yang penuh dnegan turbulance, keluarga yang bahkan “baik-baik saja”. Menurut Sewell (1992) keagenan individu sangat beragam karena dibentuk dalam jangkauan skema budaya yang spesifik serta ketersediaan sumber dalam lingkungan sosial tertentu. Nah, lalu kenapa agensi anak menjadi penting?

Agensi itu singkatnya adalah kemampuan untuk bertindak, can be construed as a self-determination, or free will; it is the power of individuals to act independently of the determining constrains of social structure (Lieten 2008). Bayangin, bagaimana kalau anak-anak tidak memiliki agensi atau agensinya masih ditiadakan oleh orangtua dan atau orang tua yang sengaja maupun tidak? Keosss kalo kata anak muda gaul jaman sekarang. Yang jelas, hilangnya agensi anak, atau kemampuan anak untuk bertindak sejak dini akan memengaruhi pembentukkan dirinya untuk masa mendatang dan integrasinya ke dalam masyarakat. Untuk itu [berasa lagi buat paper], agensi anak sangatlah penting.

Hari ini yang ditandai sebagai hari anak sedunia 2022 sebenarnya adalah hari meningkatkan kesadaran akan kesejahteraan anak.

UNICEF said, “33 years ago, world leaders made a promise to children: we will keep you safe, we will help you learn and we will always uphold your right to speak and be heard.”

Untuk itu [lagi], sebagai anak yang sudah tidak masuk dalam kategori anak-anak lagi, saya bersyukur karena telah memiliki sedikit edukasi mengenai pentingnya posisi anak dalam keluarga maupun masyarakat dan pentingnya mendengarkan anak. Tetapi, hal yang tidak kalah penting — terutama untuk anak yang sudah tidak masuk kategori anak-anak lagi, dan soon to be parents — adalah selain mengedukasi diri, tapi juga berterima kasih pada anak kecil dalam diri kalian masing-masing yang sudah melalui banyak hal di masa lalu. Karena, healing your inner child is just as important, because everything starts with you.

Hari Anak Sedunia 2022 ini, saya ingin merayakan anak-anak sebagai individu yang masih dipandang sepele, rendah, daripada orang yang lebih dewasa. Anak-anak yang ditelantarkan, tidak memiliki akses kepada edukasi, tidak memiliki someone to look up and run to when the days gone rough. Anak-anak yang tidak memiliki rumah untuk berteduh, yang mencari makan dengan kedua tangan mungilnya sendiri, yang dilecehkan secara fisik, seksual, dan emosional. Anak-anak yang dititipkan di panti asuhan, yang harus memerangi kerasnya kehidupan tanpa orangtua, yang belajar membaca seadanya dari koran bekas hasil memulung orangtuanya ditemani lampu jalanan yang tidak seterang itu. I hope the world would be better ahead for children.

Selamat hari anak, teman-teman kecil.

--

--

Dia Gloria
Dia Gloria

Written by Dia Gloria

A place to share some thoughts. So please, bear with my stories?

No responses yet